Minggu, 17 Maret 2019

FILSAFAT AIR SEBAGAI TIRTA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Arti dan Fungsi Air Secara Umum
Air adalah suatu senyawa hydrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H2O. berdasarkan sifat fisiknya ( secara fisika ) yaitu air sebagai benda cair, air sebagai benda padat, dan air sebagai benda gas atau uap. Air berubah dari suatu bentuk kebentuk yang lainnya tergantung pada waktu dan tempat secara temperaturnya.Berdasarkan jenis wadah yang ditempati, air dibedakan atas 3 jenis, yaitu air permukaan, air tanah, dan air udara. Air permukaan adalah air yang terdapat dipermukaan kulit bumi baik yang berbentuk cair ( air sungai, air danau, dan air laut ) maupun yang berbentuk padat ( es, salju dan gletser ). Air tanah adalah air yang terdapat dibawah permukaan kulit bumi atau di dalam tanah. Adapun air udara adalah air yang terdapat didalam atmosfer bumi, berupa uap atau pun embun.
Pemakaian air secara garis besar dapat di klasifikasikan menjadi 4 golongan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu air untuk keperluan irigasi, air untuk keperluan pembangkitan energi, air untuk keperluan industri dan air untuk keperluan publik (Dumairy, 1992)
Fungsi dan peran air bagi kehidupan manusia sebagai salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat terpisahkan adalah air.Tidak hanya penting bagi manusia, air merupakan bagian yang penting bagi makhluk hidup baik hewan dan tumbuhan.Tanpa air kemungkinan tidak ada kehidupan di dunia ini karena semua makhluk hidup sangat memerlukan air untuk bertahan hidup.
Manusia mungkin dapat hidup beberapa hari akan tetapi manusia tidak akan bertahan selama beberapa hari jika tidak minum karena sudah mutlak bahwa sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia itu terdiri dari 73% adalah air. Jadi bukan hal yang baru jika kehidupan yang ada di dunia ini dapat terus berlangsung karena tersedianya air yang cukup.Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berupaya mengadakan air yang cukup bagi dirinya sendiri. Misalnya air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dengan segala macam kegiatannya, antara lain digunakan untuk yaitu keperluan rumah tangga, untuk minum, masak, mandi, cuci, dan pekerjaan lainya.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    PENGERTIAN TIRTA
                  Tirta pada dasarnya adalah air yang telah melaui proses pembersihan dan penyucian secara  ritual sehingga bersifat sakral dan diyakini dapat menumbugkan perasan atau pikiraan yang suci.  Tirta merupakan sarana yang sangat penting  yang digunakan oleh umat hindu dalam suatu upacara maupun pelengkap dalam upakara. Air suci tirta ada dua macamnya.pertama, tirta yang didapat dengan memohon kepada tuhan dan batara-batari.  kedua, tirta yang dibuat oleh pendeta dengan puja. Tirta itu berfungsi untuk membersihkan kotoran maupun kecemaran pikiran. Adapun pemakaiannya adalah dengan dipercikkan di kepala, diminum, dan diusapkan di muka, sebagai simbolis pembersihan bayu, sabda, dan idep.
   Tirta bukanlah air biasa, tirta adalah benda materi yang sakral dan mampu menumbuhkan perasaaan, perasaan yang suci.Untuk asal usul kata tirta berasal dari bahasa Sanskerta. Kamus Sansekerta-Indonesia yang diterbitkan oleh Pemda Tingkat I Bali menyebutkan arti kata “ Tirta” sebagai: pemandian atau sungai; kesucian atau setitik air; toya atau air suci; sungai yang suci; pemandian/sungai/air suci; tempat berziarah; mengunjungi tempat-tempat suci; bersuci dengan air; air suci; pemandian; tempat mandi atau tempat yang dapat diseberangi.

2.2. Sumber Air Suci atau tirta
Umat agama hindu percaya akan kesucian dari air suci yang disebut tirta, adapun sumber  untuk mendapatkan air suci tirta yaitu
1.      Taman beji
Taman beji merupakan tempat suci agama hindu yang merupakan salah satu tempat  untuk melakukan upacara agama, yang bertujuan untuk memeperoleh tirta atau air suci. Dimana upacara ini  dalam istilah  agama hindu disebut ngebejiang. Ngebejiang dilakukan hampir setiap ada upacara di tempat suci agama hindu yaitu pura. Pda ritual ini Setiap rombongan tersebut akan datang dengan membawa perangkat-perangkat keramat peribadahan, yaitu arca, pratima, dan pralingga dari pura.

2.      Samudra atau segara
Samudra atau segara merupakan   7/8 dari bumi, yang berfungsi sebgai tempat upakara agama hindu yang di sebut  melasti atau mekiyis. Upacara melasti merupakan upacara untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan mencegah kerusakan alam.  Atau upacara melasti dapat diartika segabai nganyudang malaning gumi ngamet tirta amerta, yang berarti menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan Lontar Sunarigama yang dinyatakan dalam bahasa Jawa Kuno sebagai berikut ”Melasti ngaran amet sarining amertha kamandalu ring telenging segara. ” Maksudnya Dengan Melasti mengambil sari-sari kehidupan di tengah samudra.
Dari kutipan Lontar tersebut di atas, maka Melasti itu ada empat sasarannya yaitu:
1.      Ngiring Prawatek Dewata. Artinya membangun sikap hidup untuk senantiasa menguatkan sraddha bhakti serta patuh pada tuntunan para Dewata sinar suci Tuhan
2.      Anganyutaken Laraning Jagat. Ini artinya dengan Upacara Melasti umat dimotivasi secara ritual untuk membangkitkan spiritual kita untuk berusaha menghilangkan
3.      . Anganyutaken Papa Klesa. Para Pinandita maupun Pandita dalam mengantarkan Upacara Keagamaan Hindu selalu mengucapkan Mantram: Om Papa Klesa Winasanam
4.      . Anganyuntaken Letuhing Bhuwana. Yang dimaksud dengan Bhuwana yang ”Letuh” adalah alam yang tidak lestari. Letuh artinya kotor lahir batin.Atau dalam istilah Sarasamuscaya disebut Abhuta Hita artinya alam yang tidak lestari.Bhuta artinya unsur yang ada.
Jadinya tujuan berbhakti kepada Tuhan adalah dengan mengiring para dewata dalam upacara melasti untuk menghilangkan hal tersebut. Dengan lenyapnya penyakit sosial kepapanan individu dan kerusakan alam barulah manusia akan dapat menikmati sari-sari kehidupan. Samudra disimbolkan sebagai sumber kehidupan.Air laut menguap jadi mendung, mendung terus menjadi hujan. Hujan inilah yang menjadi sumber kehidupan flora dan fauna, sumber penghidupan manusia.
3.      Danau
Danau  hampir sama  dengan samudra maupun taman beji, yang digunakan untuk menperoleh tirta, baisanya upacara yang dilakukan berupa nyegara gunung. Nyegara gunung ini biasanya dilakukan pada upacara tertentu berupa upacara besar  di pura seperti karya agung maupun karya ngenteg linggih. Yang bertujuan untuk memebersihkan pratima maupun pralingga.




4.       Pancoran
Pancoran biasanya identik dengan istilah pemebersihan maupun penglukatan. Namun di samping itu juga berfungsi sebagai tempat untuk melakukan upacara maupun yang lainnya. Di bali banyak  terdapat wisata  utntuk mebersih antara lain tampak siring, tirta sudamala, sebatu maupun yang lainnya. Yang biasaya di gunakan untuk upacara agama berupa penglukatan bagi umat agama hindu.

 2.3.  Jenis Jenis Tirta Yang Digunakan Dalam Upacara
A.  Tirta Pembersihan
Fungsi tirta pembersihan sesuai dengan namanya adalah untuk membersih-sucikan upakara (bebanten) yang dipakai sebagai sarana persembahyangan dan juga diri sendiri agar terbebas dari kekotoran.Karena itu penggunaan tirta pembersihan ini dilakukan sebelum inti persembahyangan dimulai. Biasanya di jaba sebuah pura akan disediakan jenis tirta ini dan di jeroan sebelum pemimpin upacara “ngantebang upakaraning bebanten “ akan menyiratkan tirta pembersihan ini.
B.  Tirta Pengelukatan
Tirta yang digunakan untuk pensucian terhadap bangunan, alat upacara atau diri seseorang.Air  ini diperoleh dengan jalan puja mantra para pandita melalui pasupati. Tirta pengelukatan biasanya dicipratkan tiga kali yang mengandung arti sebagai simbol pensucian yang  kedua atau  menengah. Tirta ini juga biasanya digunakan untuk mensucikan canang sari serta banten lainnya
C.   Tirta Wangsuhpada/ Banyun Cokor/ Kekuluh
Tirtha wangsuhpada atau kekuluh atau banyun cokor Ida Bhatara ini adalah sebagai penutup persembahyangan yang menyimboliskan bahwa atas sembah-bhakti kita beliau berkenan memberikan waranugraha-Nya berupa “amrta” yaitu kerahajengan dan kerahayuan hidup kepada umat yang sujud sembah-bhakti memuja beliau.
D. Tirta Pamanah
Tirta pemanah adalah satu jenis air suci yang diperoleh dari sumber air suci pada waktu upacara ngening. Orang-orang mencari air suci dengan membawa “panah” yang dibuat dan diberikan mantra oleh pendeta. Air suci itu akan dipakai saat jenazah dimandikan.


E.  Tirta Panembak
Tirta penembak yaitu tirta yang digunakan saat memandikan mayat.Tirta ini mengandung makna membersihkan jasad orang yang meninggal dari kotoran-kotoran lahir batin.Tirta ini diperoleh pada tengah malam dan mengambilnya pertama dari hilir ke hulu secepat kilat. Saat memandikan mayat, tirta panembak akan dipergunakan dari hulu ke hilir
F. Tirta Pangentas
Kata pangentas berasal dari kata tas yang berarti putus. Dalam upacara pengabenan ada istilah tiuk pangentas yang artinya pisau untuk memutuskan tali pengikat gulungan jenazah. Tirta pangentas merupakan air suci yang dibuat dengan mantra sulinggih sang pamuput , bertujuan memutuskan ikatan purusa dengan prakerti sang mati guna dikembalikan kepada sumbernya masing-masing. Pada pelaksanaan ngaben yang besar, tali pengikat purusa dan prakerti dilukiskan sebagai naga banda yang berarti naga pengikat. Dalam lontar Tutur Suksma ada disebutkan bahwa yang dimaksud naga adalah bayu atau energi yang muncul sebagai akibat menyatunya purusa dan prakerti .
Tanpa tirta pangentas itu, ikatan purusa dengan prakerti tak akan bisa diputuskan. Tirta pangentas sangat prinsipil kehadirannya dalam upacara ngaben.Bila ditinjau dari sisi materialnya, tirta pangentas tak banyak berarti, namun dari sudut spiritual tirta inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya upacara ngaben dimaksudkan mencapai tujuan.
G. Tirta Sidakarya
 tirta sidakarya merupakan tirta yang digunakan untuk mengakhiri suatu upacara, berupa karya gede maupun yang lainnya. Tirta ini biasanya didapat dari Pura Sidakarya yang terletak di Daerah Sesetan, Denpasar. Tirta ini befungsi untuk memuput sekancaning karya atau uapacara. Jika suatu uapacara maupun karya terdapat kekurangan banten maupun sarana dan prasarana, tirta ini lah yang akan mememuput dan melengkapai segala kekurangan upakara tersebut.

2.4. Fungsi Tirta Dalam Suatu Upacara Agama Hindu
A.       Tirtha Berfungsi Sebagai Lambang Penyucian/Pembersihan
Setiap upakara/ bebantenan dalam Panca Yadnya sebelum dipersembahkan terlebih dahulu dibersihkan/ disucikan secara simbolis dengan tirta pembersihan yang dibuat oleh pendeta. Kewajiban untuk mensucikan upakara/ bebanten yang akan dipersembahkan disebut dalam Lontar Kusuma Dewa Gong Wesi sebagai berikut:
“Salwir bebanten yajna matirthakaryan Pedanda Putus tan katampi aturannya” Artinya: segala sesaji (bebanten) kalau tidak disucikan dengan tirtha yang dibuat oleh Pendeta utama, tidak akan diterima persembahannya.
Oleh karena hal inilah setiap upakara atau sesaji sebelum digunakan sebagai sarana persembahan, terlebih dahulu dipercikan tirtha pengelukatan.
Dari istilah “pengelukatan” berasal dari kata “lukat” dalam bahasa Jawa Kuna berarti membebaskan.Fungsi tirtha “pengelukatan” dan tirtha “pembersihan” merupakan penyucian tahap pertama untuk membebaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan upacara keagamaan itu dari segala kekotoran fisik dan spiritual. Sedangkan tirtha pembersihan merupakan suatu kenyataan bahwa segala sesuatu itu sudah benar-benar bersih suci. Disamping tirtha pengelukatan dikenal pula adanya tirtha pembersihan yang fungsinya sama dengan tirtha pengelukatan. Hanya tirtha pembersihan, merupakan penyucian tingkat lanjut. Kalau tirtha pengelukatan, pemujaan ditujukan kepada Dewi Gangga dan Dewa Siwa untuk memohon kelepasan segala kekotoran. Sedangkan puja tirtha pembersihan permohonan ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsi beliau sebagai pencipta sungai-sungai, mensucikan dan memelihara kesucian tesebut.Demikianlah tirtha pengelukatannya dan tirtha pembersihan mempunyai arti dan makna penyucian lahir batin seluruh unsur yang terkait dalam pelaksanaan upacara yadnya.
B. Tirtha Yang Berfungsi Sebagai Pengurip/Penciptaan
Tirtha yang digunakan untuk mensucikan dan membersihkan upakara bebanten yang akan dipersembahkan, sehingga bebanten itu tidak lagi merupaka rangkaian, bunga, buah dan daun-daunan, jajan dan benda-benda lainnya.
Fungsi tirtha dalam hal ini sebagai pengurip bebanten. Bahan-bahan banten tersebut setelah dipetik dari asalnya (pohon) dia telah menjadi benda mati kemudian dirangkai sedemikian rupa sehingga dia berbentuk dan bernama banten tertentu. Nama banten itu baru dapat dikatakan sah atau resmi setelah dia diurip atau dihidupkan dengan tirtha pengurip bebanten, sebelumnya dia hanya merupakan rangkaian benda-benda mati saja. Tirtha pengurip banten itulah memberikan kekuatan spiritual dari banten tersebut sehingga dapat dipergunakan sebagai media untuk menghubungkan antara umat dengan yang dipuja.
Tirtha pengurip ini biasa juga dipergunakan oleh para “undagi” (tukang bangunan) pada waktu meresmikan (malaspas) bangunan yang baru selesai. Pada garis besarnya arti dan makna adalah suatu permohonan kehadapan Sang Hyang Parama Siva agar sudi menjiwai secara spiritual banten atau bangunan yang baru selesai itu.
Pengertian menghidupkan disini bukanlah berarti menjiwai seperti manusia, tetapi memiliki nilai sakral atau kekuatan magis religius, sebagai sarana untuk menjiwai yang maha gaib itu. Sedangkan dalam kaitannya dengan peresmian (pemelaspas) rumah bertujuan agar bahan-bahan rumah yang satu sama lainnya berbeda-beda, tidak lain merupaka benda-benda mati, tetapi memiliki kekuatan spiritual agar pemilik/si pemakai rumah tersebut memperoleh keselamatan di bawah lindungan Sang Hyang Widhi.
c.       Tirtha yang berfungsi sebagai pemelihara
Tirtha juga berfungsi sebagai pemelihara, dan dalam pelaksanaan yadnya berfungsi sebagai lambang berkah suci atau anugrah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam prakteknya dapat kita lihat pada waktu “puja wali” atau “petirthaan” di suatu “pura” dilangsungkan persembahyangan dan terakhir diikuti dengan pemercikan tirtha, diminum dan diraupkan ke wajah. Tirtha di sini di jiwai oleh Dewa Wisnu sebagai stiti dan juga Dewa Indra sebagai dewa hujan sumber kemakmuran.
Dalam Rg. Veda I, bagian kedua sukta 5 syair 2, dan 5 dijelaskan Dewa Indra sebagai pemberi airsoma yang merupaka air suci. Adapun syair tersebut sebagai berikut:
Syair 2: Purutamam purunamisanam waryanam, indram some saca sute.
Artinya: Kepadanya yang memiliki segala-galanya, Dewa kebaikan, Indra dengan menuangkan air soma.
Syair 5:Putapavne suta ime sucayo yanti witaye, somaso dadhyasirah.
Artinya: Mendekatlah kepada peminum soma, untuk kebahagiannya, air suci ini soma dengan menteka
. Demikianlah fungsi tirtha dalam hubungannya dengan persembahyangan. Sarana persembahyangan berupa bunga, buah, daun, api dan air adalah sarana yang tergolong berwujud benda (material) sedangkan sarana yang berwujud bukan benda (non material) adalah mantra.








BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Secara umum air merupakan senyawa hydrogen dan oksigen dengan rumusan kimia H2O. air   merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup yang ada di dunia ini. Air juga merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan didunia ini missal untuk minum, mandi, mencuci tangan, di gunakan sebagai pengbangkit tenaga listrik, untuk kehidupan flora dan fauna dalam lingkungan dan masih banyak lagi yang lainnya. Bisa kita ketahui bahwa sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia itu terdiri dari 73% adalah air. Jadi bukan hal yang baru jika kehidupan yang ada di dunia ini dapat terus berlangsung karena tersedianya air yang cukup.
Namun dalam  upacara agama hindu air yang biasa di sebut dengan tirta merupakan sarana yang sangat penting dalam suatu persembahyangan maupun suatu upacara agama. karena tirta merupakan unsur untuk menyucikan sarana prasarana maupu upakara dalam  suatu karya, selain itu tirta juga berfungsi sebagai penglukatan maupun pembersihan bagi umat hindu, baik secara niskala, maupun sek, setelah di percikan makan tirta akan menimbulkan pikiran yang hening maupun suci. . Karena itu umat Hindu, dalam melakukan persembahyangan, sikap yang paling penting ditumbuhkan pada diri sendiri adalah kepercayaan terhadap sarana-sarana tersebut, sebagai pendorong, memperkuat batin terhadap sarana yang memiliki kekuatan magis religius yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Yakinilah bahwa tirta itu adalah wujud nyata karunia Tuhan untuk memberkati hidup kita menuju suci dan bahagia.










DAFTAR PUSTAKA






Selasa, 12 Maret 2019

PTK MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW MELALUI MEDIA GAMBAR



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
            Dunia pendidikan di Indonesia dituntut untuk selalu melahirkan out put yang siap bersaing pada era globalisasi seperti saat ini. Untuk dapat bersaing dengan sumber daya manusia yang terampil, banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembagkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran dikelas diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mangingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, (Sanjaya, 2008:1).
            Gejala semacam ini merupakan gejala umum dari hasil pendidikan kita. Proses pembelajaran disekolah terlalu menjejali otak anak dengan berbagai bahan ajar yang harus dibaca dan dihafal. Pendidikan kita tidak diarahkan untuk membangun dan mengembangkan karakter serta potensi yang dimilikinya, dengan kata lain, proses pendidikan kita tidak pernah diarahkan membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah hidup, serta tidak diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif, (Sanjaya, 2008:2).
            Pembelajaran yang menyenangkan akan dapat memotivasi siswa, tergantung bagaimana strategi seorang guru dalam menerapkan strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang seperti itu dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan siswa akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan nyata. Guru dituntut memiliki kompetensi dalam menyajikan pembelajaran yang menyenangkan serta mudah dimengerti oleh peserta didik. Demikian juga guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pembelajaran selalu menarik dan tidak membosankan,  (Budimansyah, 2007:19).
            Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensiyang dimiliki oleh peserta didik. Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu (1) Berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreatifitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai etika, estetika, logika, dan kinestitika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam, (Puskur dalam Abdul Majid, 2008:24).
            Penelitian ini berfokus pada sistem pembelajaran yang menganut prinsif belajar siswa aktif. Aktifitas siswa hampir di seluruh proses pembelajaran, dari mulai fase perencanaan di kelas, kegiatan pelaksanaan, dan laporan. Proses pembelajaran dengan model ini juga menerapkan prinsip belajar kooperatif, yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerjasama antar siswa, (Budimansyah, 2007:16).
            Berdasarkan kenyataan di atas, penulis terdorong untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA di kelas VI SD Negeri 7 Peguyangan karena hanya sebagian kecil siswa yang menguasai materi tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia, siswa yang mampu menguasai materi serta aktif dalam pembelajaran hanya 30 persen sedangkan siswa belum menguasai materi hampir 70 persen dari 41 orang jumlah siswa. Diharapkan dengan menggunakan metode yang tepat dapat merangsang peserta didik untuk berpikir sekaligus menguasai materi pelajaran, melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Media Gambar Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri 7 Peguyangan Tahun Pelajaran 2014/1015” diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar dan keaktifan dalam proses pembelajaran.

B.  Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang perlu pemecahan dalam perbaikan pembelajaran yaitu: 
1.         Bagaimana meningkatkan kemampuan siswa memahami pertumbuhan dan perkembangan manusia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas VI  SD Negeri 7 Peguyangan!
2.         Bagaimana cara meningkatkan keaktifan siswa dalam meningkatkan kemampuan belajar IPA tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw!

C.  Tujuan Perbaikan
            Sekecil apa pun suatu kegiatan yang dilakukan tentulah memiliki tujuan yang ingin dicapai. Perumusan tujuan penelitian yang jelas akan memberikan gambaran yang tepat kepada  sasaran yang akan diteliti, serta tercapainya tujuan penelitian tersebut. Adapun tujuan penelitian ini meliputi.
1.         Untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami pertumbuhan dan perkembangan manusia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada kelas VI  SD Negeri 7 Peguyangan?
2.         Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar IPA tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

D.  Manfaat Perbaikan
            Pada dasarnya suatu hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi instansi terkait, sehingga tidak hanya menjadi pajangan saja tanpa ada manfaat yang berarti. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu.
1.    Bagi siswa:
a.         Siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar dengan nyaman
b.         Siswa dapat bertukar pikiran dengan kelompoknya.
c.         Siswa lebih aktif dalam meyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru.
d.        Dapat menumbuhkan kreatifvitas siswa dalam belajar IPA.
2.    Bagi Guru:
a.         Membantu guru memperbaiki proses pembelajaran.
b.         Membantu meningkatkan profesionalisme guru.
c.         Meningkatkan rasa percaya diri dalam mengajar dan mendidik.
d.        Guru secara aktif dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
e.         Sebagai acuan/pedoman untuk melakukan perbaikan pembelajaran selanjutnya.
3.    Bagi sekolah.
Dengan meningkatkan kemampuan siswa dan kualitas tenaga pendidik, dapat meningkatkan prestasi siswa secara keseluruhan di sekolah sendiri dan dapat membuktikan bahwa sekolah tersebut dapat dibanggakan oleh semua komponen pendidikan. Dapat meningkatkan prestasi siswa secara keseluruhan menjadi kebanggaan sekolah dan sekolah dapat berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan pada sekolah tersebut.




ABSTRAK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MELALUI MEDIA GAMBAR




PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SD NEGERI 7 PEGUYANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh
I WayanSuardika
Nim: 822687997
Email: wayan.suardika.85@gmail.com

ABSTRAK
            Pembelajaran model kooperatifini mengikuti prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan meningkatkan keaktifandanhasilbelajarsiswa dalam mengenal pertumbuhandanperkembanganmanusiadengan menggunakan mediagambar pada siswa kelas VI SD Negeri 7 Peguyangan untuk mata pelajaranIlmuPengetahuanAlam (IPA).
            Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan metode tes hasil belajar sedangkan data keaktifan siswa dikumpulkan melalui pengamatan pada saat proses pembelajaran. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
            Hasil perbaikan pembelajaran menunjukkan terjadi peningkatan, pada pembelajaran IPA hasil belajar dan keaktifan siswa dapat dilihat dari rata-rata hasil evaluasi belajar pada pra siklus 80,48% , Siklus I 92,67% ,dan Siklus II 100%. Daa keaktifan siswa mulai prasiklus 46.34% , Siklus I 70.73% ,dan Siklus II 85.36% .Dilihat dari hasil perbaikan yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwakemampuan siswa dalam pembelajaran IPA tentang pertumbuhandanperkembanganmanusia dapat ditingkatkan melalui metode kooperatiftipe jigsawmelalui media gambar.


Kata kunci : model kooperatif, jigsaw, media gambar.


TEMBANG PUPUH MACEPAT PSP 2024

  ·          Tembang Wajib Putri (Pupuh Semarandana)   Singgih Ratu Sang Hyang Widhi. Gung Aksama Iwang Tityang. Asung Paduka Manont...